Gubernur melakukan audiensi dengan Atase Perdagangan Republik Rakyat China

Gubernur Kepulauan Bangka Belitung beserta Bupati Bangka Selatan hari Senin tanggal 3 Desember 2018 pukul 09.00 WIB Audensi dengan Atase Perdagangan Republik Rakyat China (RRC) bertempat di Kedutaan Besar Republik Rakyat China (RRC) Jalan Mega Kuningan Jakarta Selatan.

PT. Ration Bangka Abadi (RBA) adalah perusahaan perseroan pengelola Kawasan Industri Sadai Integrated Industrial and Port (SIIP) dengan rencana 1000 hektar yang terletak di Sadai, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

 Sebagai perusahaan pengelola Kawasan Industri Sadai yang telah ditunjuk Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, PT. RBA berupaya mendorong upaya percepatan dalam langkah-langkah bisnis dan membangun kemitraan dengan perusahaan-perusahaan Dalam Negeri maupun perusahaan- perusaahaan Luar Negeri untuk men-support SIIP di Kabupaten Bangka Selatan.

Sehubungan dengan keinginan Investasi Perusahaan China Sinomach Group dan Mitra-mitra Sinomach ke SIIP serta Keinginan Mereka Bersilaturahmi dan Meminta Dukungan Bapak Menteri Perindustrian, dengan ini kami mengharapkan kesediaan Bapak untuk dapat menerima kami antara tanggal 3 - 5 Desember 2018 dikantor Kementerian Perindustrian melalui audiensi guna menjelaskan maksud dan tujuan kami dalam hal membangun kemitraan bisnis di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang juga akan dihadiri oleh Gubernur Bangka Belitung dan Bupati Bangka Selatan.

 Sebelumnya dapat kami sampaikan bahwa, Kawasan Industri Sadai telah dikunjungi oleh Attache Perdagangan dan Ekonomi China untuk Indonesia, Sekretaris Kedutaan Besar China untuk Indonesia, Ketua dan Sekretaris Kadin China untuk Indonesia dan Beberapa Perusahaan BUMN dan Swasta China.

Menumbuhkan industri dan membangkitkan ekonomi dengan hilirisasi merupakan cara efektif untuk memacu perekonomian Kepulauan Bangka Belitung. Upaya tersebut selain bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk impor, juga menjadi langkah dalam mengurangi defisit transaksi berjalan.

Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam yang sangat melimpah. Salah satunya mineral bauksit yang tiap tahunnya diekspor sebanyak jutaan ton dengan harga kurang lebih USD35 per ton.

Namun, di saat yang sama, pabrik-pabrik aluminium dalam negeri harus mengimpor ratusan ribu ton alumina yang tidak lain merupakan merupakan produk olahan (hilir) dari bauksit. Hal ini menjadi salah satu penyebab defisitnya transaksi berjalan kita.

Diketahui, impor Indonesia di sektor migas masih menjadi salah satu penyumbang defisit terbesar bagi transaksi kita. tak ada cara lain bagi Kepulauan Bangka Belitung untuk menyelesaikan persoalan defisit ini selain dengan menempuh industrialisasi dan hilirisasi industri.

Berdasarkan perkiraan pemerintah, Indonesia juga dapat menghemat impor solar yang selama ini berjalan dengan menerapkan kebijakan biodiesel 20 persen (B20) yang merupakan produk hilirisasi industri kelapa sawit.

Lebih jauh, Gubernur Kepulauan Bangka Belitung juga mengungkap potensi pendapatan daerah yang selama ini hilang begitu saja tanpa adanya proses hilirisasi ini. Jutaan ton bijih timah dan ikutannya yang diekspor ke Mancanegara sesungguhnya dapat memberikan nilai tambah apabila terlebih dahulu diolah menjadi produk jadi atau setengah jadi seperti feronikel.

Bahwa apabila sejak dahulu Indonesia sudah membangun hilirisasi industri timah, maka diperkirakan pendapatan domestik bruto Bangka Belitung dari industri timah akan naik sebanyak empat kali lipat. Banyak pihak yang sesungguhnya mengetahui keberadaan nilai tambah seperti itu. Hanya saja selama ini tidak pernah ada langkah nyata untuk mendorong hilirisasi industri di Kepulauan Bangka Belitung.

Sumber: 
Badan Penghubung Provinsi
Penulis: 
Muhamad Ali
Fotografer: 
Hendrik Timora Sakti
Editor: 
Prima Indrasari