Tahun Baru Hijriyah 2018

Tahun baru Islam adalah pergantian tahun dalam Islam menggunakan perhitungan bulan. Tahun baru Hijriyah jatuh setiap tanggal 1 Muharram dalam kalender Islam. Tahun baru Islam dihitung sejak Nabi Muhammad Saw hijrah dari Mekah menuju Madinah sehingga penanggalan dalam Islam dinamakan Hijriah.

Untuk tahun ini, Tahun baru Hijriyah 1440  jatuh pada hari Selasa tanggal 11 September 2018.

Walaupun di saat itu bangsa Arab sudah mengenal kalender bulan dengan bulan Muharram sebagai bulan pertama dan Dzulhijjah sebagai bulan ke-12, masyarakat Arab mengenali tahun dengan menamainya dengan peristiwa penting yang terjadi di tahun tersebut. Misalnya sejarah kelahiran Nabi Muhammad Saw yang dikenal dengan nama “Tahun Gajah”, karena pada tahun tersebut terjadi penyerangan terhadap Ka'bah oleh pasukan yang menggunakan gajah sebagai kendaraan perangnya.  

Digunakannya sistem perhitungan tahun baru Hijriyah bermula di masa Umar bin Al-Khattab r.a. atau 6 tahun pasca wafatnya Nabi SAW. Salah satu riwayat menyebutkan yaitu ketika khalifah mendapat surat balasan yang mengkritik bahwa suratnya terdahulu dikirim tanpa angka tahun. Beliau lalu bermusyawarah dengan para sahabat dan mereka bersepakat untuk menjadikan peristiwa hijrah Nabi SAW dari Mekah ke Madina sebagai awal mula perhitungan tahun dalam Islam.  

Di Indonesia, tahun baru Hijriah disambut meriah khususnya oleh masyarakat Jawa yang juga merayakan 1 Muharram atau 1 Suro. Tahun baru Islam dalam tradisi Jawa disambut dengan awal bulan satu Suro. Dalam Jawa, malam 1 Suro identik dengan nuansa mistis yang dipercaya menjadi malam yang disukai mahkluk gaib. Masyarakat Jawa mulai merayakan tahun baru Hijriyah di abad ke-16 ketika Sultan Agung menetapkan 1 Muharram sebagai tahun baru Jawa dan memadukan tradisi Jawa dengan Islam dalam upaya memperluas ajaran Islam di bumi nusantara.

Di Yogyakarta, masyarakat bersama pengurus keraton melantunkan tembang yang berisi doa-doa dan ucapan syukur kepada Yang Maha Kuasa. Selain itu juga dilakukan ritual Lampah Mubeng dengan mengelilingi komplek keraton tanpa berbicara, minum ataupun merokok sebagai bentuk perenungan dan interospeksi diri. Di daerah-daerah lainnya, malam 1 Muharram juga dirayakan dengan acara pawai obor keliling sambil melantunkan shalawat dan doa. Pembawaan obor itu bermakna berpindahnya dari kegelapan ke hidup yang terang.

Dari situlah mengapa konsep dan hikmah hijrah perlu dikaji ulang dan diamalkan oleh umat Islam.  Islam mengajarkan, hari-hari yang kita lalui hendaknya selalu lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Dengan kata lain, setiap Muslim dituntut untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. 

Allah SWT meningatkan dalam QS 59:18,  

''Hendaklah setiap diri memperhatikan (melakukan introspeksi) tentang apa-apa yang telah diperbuatnya untuk menghadapi hari esok (alam akhirat).'' 

Pada awal tahun baru hijriyah ini, kita bisa merancang hidup agar lebih baik dengan hijrah, yakni mengubah perilaku buruk menjadi baik, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

''Muhajir adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah,'' sabda Rasulullah. Kita ubah ketidakpedulian terhadap kaum lemah menjadi sangat peduli dengan semangat zakat, infak, dan sedekah.  Selain itu juga mengubah permusuhan dan konflik menjadi persaudaraan dan kerja sama,

Tahun Baru Islam hendaknya kita rayakan dengan menyebarkan kebaikan, cinta, dan kasih sayang kepada segenap makhluk Allah di alam semesta.

 

Penulis: 
Nurul Ihsan
Sumber: 
Badan Penghubung Provinsi

Artikel

01/12/2018 | Badan Penghubung Provinsi
01/12/2018 | Badan Penghubung Provinsi
01/12/2018 | Badan Penghubung Provinsi
01/12/2018 | Badan Penghubung Provinsi
01/12/2018 | Badan Penghubung Provinsi