MENJELAJAHI MUSEUM DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Berwisata ke daerah yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selain dengan wisata baharinya, tempat lainnya yang bisa menjadi alternatif tempat tujuan wisata adalah mengunjungi museum. Walaupun museum yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidaklah banyak, namun museum yang dikunjungi sangat menarik untuk dijadikan wisata edukasi, karena selain berwisata dapat menambah pengalaman dan pengetahuan kita. Berikut beberapa museum yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang bisa dikunjungi antara lain :

1. MUSEUM KATA, GANTUNG , BELITUNG TIMUR

Museum Kata Andrea Hirata merupakan museum sastra pertama di Indonesia yang didirikan oleh Andrea Hinata yang merupakan penulis novel dari laskar Pelangi pada tahun 2010. Lokasinya tidak jauh dari lokasi SD Muhammadiyah atau biasa disebut SD Laskar Pelangi serta bangunan bersejarah peninggalan masa kolonial Belanda yakni Bendungan Pice. Jadi, untuk menikmati sebuah Museum Kata, kita diharuskan untuk membaca, tapi di samping itu, Museum Kata ini juga menyediakan berbagai objek foto yang sangat menarik. Museum Kata adalah museum yang berisi foto dan ragam karya Andrea Hirata. Museum ini merupakan museum literatur pertama dan satu-satunya di Indonesia hingga saat ini. Museum Kata ini didedikasikan Andrea Hirata untuk ayah dan ibunya, yaitu NA Masturah Seman dan Seman Said Narun. Dalam bahasa Inggris, museum ini disebut "Literary Museum", yang lebih cocok diartikan sebagai museum literatur. Awalnya, bahkan nama museum ini adalah Museum Laskar Pelangi, karena isinya karya Andrea Hirata.

Museum Kata Andrea Hirata menyimpan berbagai macam literatur dari berbagai macam jenis, anda bisa menemukan literatur musik, seni, anak dan masih banyak lagi jenis lainnya, anda juga tentunya bisa menemukan novel-novel karya Andrea Hirata, yang juga bertindak sebagai kurator di museum ini. Di museum yang penuh warna itu, kita bisa melihat hal-hal yang berhubungan karya-karya Andrea HirataMuseum Kata Andrea Hirata, terletak di Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Museum Kata  dibangun pada 2010, lokasinya menempati rumah Andrea Hirata yang sudah lama tak terawat, dipugar kembali. Sesuai namanya, koleksi museum adalah kata, yang berupa ragam wujud: kalimat, paragraf, cerpen, hingga novel. Selain itu ada juga yang berbentuk poster. Di pintu masuk, pengunjung akan disambut dengan kutipan dari kisah Gulliver di negeri kurcaci, bak mencirikan petualangan di negeri aneh menunggu. Di dalam museum, aneka karya Andrea Hirata dapat dinikmati, dari kutipan-kutipan novelnya hingga cerpen-cerpennya yang tak dimuat. Ada juga tulisan-tulisan dari koran yang memuat kisah Andrea dan Laskar Pelangi. Tujuan dibuatnya museum ini untuk menginspirasi generasi muda Indonesia, khususnya yang ada di Belitung untuk berani mewujudkan mimpi. Ini juga bagaikan sebuah pelunasan janji bagi Andrea Hirata. bila penjualan bukunya menguntungkan, ia akan menggunakan uangnya untuk membuat sesuatu yang ada hubungannya dengan pendidikan.

2. MUSEUM TIMAH DI PANGKALPINANG

Museum yang menjadi kebanggaan masyarakat Provinsi Bangka Belitung ini merupakan satu-satunya museum timah yang ada di Indonesia, bahkan di Asia. Seperti yang kita ketahui, Provinsi Bangka Belitung memiliki banyak obyek wisata berupa pantai yang menjadi favorit para wisatawan. Namun hal tersebut tidak lantas menjadikan museum ini sepi pengunjung. Justru Museum Timah ini merupakan obyek wisata favorit selain berbagai pantai yang terdapat di Pangkalpinang. Dahulu bangunan museum ini merupakan tempat tinggal para karyawan Bangka Tin Winning (BTW). Pernah pula digunakan sebagai tempat diadakannya Perjanjian Roem-Royen. Sebuah perjanjian antara Indonesia dan Belanda pada tanggal 7 Mei 1949. Museum yang berlokasi di pusat Kota Pangkalpinang, tepatnya di Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 17, ini sudah dua kali mengalami pemugaran, yaitu pada 1997 dan 2010 Pada tahun 1948, bangunan ini menjadi saksi sejarah kedaulatan Indonesia. Di sini, diadakan pertemuan antara para pendiri bangsa dengan utusan dari PBB. Pertemuan tersebut diadakan untuk membicarakan penyerahan kedaulatan Belanda kepada Republik Indonesia. Pada waktu itu delegasi Indonesia diwakili oleh Mr. Moh. Roem. Sedangkan delegasi Belanda diwakili oleh H.J. Van Royen. Hasil perjanjian tersebut hingga kini masih tersimpan dengan rapi di museum ini sebagai bukti sejarah Indonesia.

Museum Timah sendiri berdiri  dan diresmikan pada tahun 1958. Di awal berdirinya, museum ini hanya mencatat sejarah pertimahan Bangka-Belitung oleh karyawan BTW agar masyarakat luas bisa mengenal. Namun saat resmi dibuka untuk umum pada tanggal 2 Agustus 1997 oleh PT. Timah Tbk, koleksi di museum ini semakin lengkap. Tersimpan sejarah proses penambangan timah dari alam hingga pengolahan secara tradisional maupun modern, baik berupa dokumen maupun foto-foto yang menjadi koleksi museum ini. Berkunjung ke museum ini selain berwisata juga dapat menambah wawasan kita. Memasuki kawasan museum, pengunjung akan disambut oleh bor bangka yang klasik. Alat ini merupakan peninggalan zaman Belanda yang digunakan dalam kegiatan penambangan timah tempo dulu. Bor ini dibuat oleh AJ Akeringa, seorang alhi geologi perusahaan Banka Tin Winning pada 1885. Terciptanya bor bangka menjadi perkembangan baru bagi dunia pertambangan timah karena mampu menggantikan alat bor tusuk asal Cina yang sudah ada sejak abad 18. Pada bagian yang lain, terlihat beberapa benda klasik lain yang dahulu juga digunakan dalam proses penambangan. Alat-alat tersebut antara lain lokomotif klasik yang dahulu digunakan sebagai pembangkit listrik untuk keperluan pertambangan, wadah penampung hasil tambang, hingga monitor tambang semprot. Selain itu, relief yang mengisahkan sejarah pertambangan timah dari masa ke masa juga menghiasi bagian depan museum. Hal ini merupakan sisi unik dari Museum Timah Indonesia. Selain masih mempertahankan bangunan asli, di sekitar museum terpajang beberapa alat tambang yang digunakan pada masa lalu. Keberadaan alat-alat ini memberikan informasi kepada pengunjung mengenai perkembangan penambangan timah di Indonesia. 
Memasuki ruang museum, pengunjung akan menyaksikan berbagai diorama. Di museum ini, terdapat tiga jenis diorama. Diorama yang pertama berisi penjelasan sejarah awal pertambangan timah di Pulau Bangka. Diorama kedua menginformasikan alat-alat pertambangan yang dahulu digunakan. Sementara, diorama ketiga menjelaskan proses penambangan timah dengan alat yang sudah modern dan manfaatnya bagi kehidupan. 

Berada di dalam kawasan museum, terdapat bangunan lain yang bernama Ruang Sentra Kerajinan Pewter. Di sini, pengunjung dapat melihat pernak-pernik berbahan dasar timah. Pernak-pernik cantik yang 97% terbuat dari timah tersebut antara lain berupa plakat, perahu phinisi, truk pengangkut, gantungan kunci, hingga bros. Menurut pengakuan penjaga museum, semua hasil kerajinan timah tersebut dibuat secara manual oleh para perajin timah yang banyak terdapat di Pulau Bangka. 
Selain melihat-lihat berbagai kerajinan indah yang dibuat para perajin di Pulau Bangka, para pengunjung juga dapat membeli kerajinan-kerajinan tersebut. Selain menjual berbagai kerajinan dengan harga yang variatif, pengunjung juga dapat memesan desain kerajinan sesuai dengan yang diinginkan.

3. Museum Tanjungpandan, Belitung

Merupakan salah satu museum yang ada di Pulau Belitung. Di Pulau Belitung sendiri terdapat 3 museum, salah satunya Museum Belitung atau Museum Tanjungpandan. Selain terkenal dengan obyek wisata pantai, di Pulau Belitung juga terdapat museum yang menyimpan benda-benda sejarah yang berkaitan dengan sejarah Pulau Belitung. Museum Belitung ini terletak di Jalan Melati tepatnya di depan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tanjungpandan. Lokasi museum ini berada tidak jauh dari lokasi objek wisata Pantai Tanjungpendam. Hampir semua bangunan yang ada disekitar kawasan Tanjungpendam merupakan bangunan tua dan mempunyai usia yang cukup lama yaitu dari sejak jaman penjajahan Belanda hingga saat ini masih berdiri kokoh dengan ciri bangunan yang kokoh dan arsitektur khas Belanda. Hal tersebut menjadikan kawasan rumah yang ada di sekitar Pantai Tanjungpendam merupakan kawasan benda cagar budaya termasuk bangunan Museum Belitung yang telah menjadi salah satu benda cagar budaya di Belitung yang dilindungi. Dahulu rumah-rumah tersebut dikenal dengan sebutan Rumah Tuan Kuase atau Hoofdadministrateur.

Museum ini terbentuk atas ide dan gagasan seorang geologis kebangsaan Belgia bernama DR. Osberger pada tahun 1963. Pada masa itu DR. Osberger sendiri masih bertugas sebagai geologist di unit penambangan timah, PT. Timah,Tbk. DR. Osberger berkeinginan untuk membuat museum yang isinya khusus menyimpan sejarah penambangan timah, baik yang dikerjakan secara tradisional maupun modern dan juga sebagai tempat menyimpan berbagai jenis bebatuan yang ada di Pulau Belitung yang diperoleh selama proses penambangan timah.

Namun setelah sepeninggalan DR. Osberger, museum ini dikelola dan diambil alih oleh Pemda setempat tanpa mengubah isi museum. Untuk menambah daya tarik pengunjung ke museum ini, isi museum ditambah dengan benda-benda sejarah peninggalan kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri di Pulau Belitung dan benda-benda sejarah peninggalan perang. Selain itu, untuk menarik minat pengunjung, pada bagian belakang museum yang berupa halaman yang luas dibangun sebuah kebun binatang mini yang berisi aneka satwa.

4. Museum Badau, Belitung

Dinamakan Museum Badau di karenakan museum ini memang lokasinya berada di Kecamatan Badau, Tanjungpandan. Kurang lebih 29 KM dari pusat Kota Belitung, Tanjungpandan. Museum ini dibangun atas inisiatif dari pemerintah untuk menjaga dan melestarikan sejarah peninggalan kerajaan yang dulu nya pernah berada di Kecamatan Badau. Menurut sejarahnya di Pulau Belitung terdapat beberapa Kerajaan yang pernah berdiri, salah satu diantaranya yaitu Kerajaan Badau. Dalam buku sejarah Pulau Belitung yang disusun oleh DR. Osberger ( geologist, pendiri museum Belitung ), diceritakan bahwa pada abad ke XV, Kerajaan Badau berdiri yang dipimpin seorang yang berasal dari Pulau Jawa dengan nama Ronggo Udo. Semasa beliau memimpin, beliau dikenal dengan gelar Datuk Mayang Gersik, dan beliau merupakan Raja Pertama Kerajaan Badau pada masa itu. Beberapa benda bukti sejarah peninggalan kerajaan Badau itulah yang menjadi isi dari bagian Museum Badau ini.

Berbagai benda sejarah peninggalan kerajaan Badau yang ada di Museum ini, antara lain terdapat beberapa jenis Keris, Pedang, Gong, Kelinang, Garu Rasul / Kayu Gaharu dan sepasang Tombak yang menjadi kebanggaan dari masyarakat Badau, yaitu Tombak Berambu. sepasang tombak ini menurut juru kunci museum yang sekaligus keturunan terakhir Raja Badau memiliki suatu keistimewaan, yaitu jika pada malam hari sepasang tombak ini akan terbang bebas mengelilingi Kota Kecamatan Badau. Menurut beliau sepasang tombak tersebut terbang menjaga kota Badau. Dengan adanya keistimewaan Sepasang tombak ini, maka sepasang tombak ini diletakan disebuah lemari kaca yang tidak dikunci sama sekali. Namun jangan pernah sekali kali jika anda mengunjungi museum ini untuk berniat memegang ataupun mengambil sepasang tombak ini, karena akan mendapatkan tulah dari benda tersebut. (Bahan : dari berbagai sumber)

 

Penulis: 
Ardiansyah
Sumber: 
Badan Penghubung Provinsi

Artikel

01/12/2018 | Badan Penghubung Provinsi
01/12/2018 | Badan Penghubung Provinsi
01/12/2018 | Badan Penghubung Provinsi
01/12/2018 | Badan Penghubung Provinsi
01/12/2018 | Badan Penghubung Provinsi